
UMKM di Namrole Berharap Tak Hanya Road Race, Tapi Juga Event Lain yang Hidupkan Ekonomi Rakyat
Namrole, Ambontoday.com —
Deru mesin motor yang memecah udara di pusat Kota Namrole bukan hanya membawa adrenalin, tapi juga menghidupkan napas ekonomi rakyat kecil. Di sepanjang jalan utama, para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memanfaatkan penyelenggaraan Road Race Championship 2025 untuk meraup rezeki tambahan di tengah hiruk-pikuk penonton yang memadati kota pesisir itu.
Dari lapak-lapak sederhana hingga tenda kuliner di tepi jalan, aroma gorengan dan kopi hitam berpadu dengan semangat wirausaha lokal. Bagi mereka, ajang roadrace bukan sekadar tontonan, melainkan panggung kecil tempat ekonomi rakyat berdenyut, di tengah harapan yang mereka gantungkan pada keramaian yang datang sesekali.
“Kalau kegiatan seperti ini bisa sering-sering diadakan, kami pelaku UMKM bisa bernapas lebih lega,” ucap seorang pedagang sambil melayani pembeli, di antara suara mesin dan sorak penonton.
Namun, harapan mereka tak berhenti di situ. Para pengusaha kecil di Namrole — khususnya pelaku UMKM kuliner dan minuman — mendambakan hadirnya beragam event lain: festival kuliner pesisir, pameran produk lokal, pasar malam UMKM, hingga lomba seni dan budaya yang melibatkan masyarakat luas.
“Kami ingin bukan hanya suara motor yang ramai, tapi juga suara musik, tawa anak-anak, dan deru pasar rakyat yang hidup sepanjang tahun,” tutur seorang penjual minuman dingin sambil memandangi lampu-lampu kota yang mulai menyala di tepi laut Namrole.
Mereka percaya, dengan kegiatan yang beragam dan terencana, Namrole akan menjadi kota yang hidup — bukan hanya di musim balap, tapi di setiap waktu yang diisi oleh semangat dan gotong royong warganya.
Di sisi lain, pelaku UMKM juga menitipkan harapan agar pemerintah daerah memperhatikan Upah Minimum Kabupaten (UMK) dan keberpihakan pada usaha kecil rakyat. Sebab UMK bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan simbol penghargaan bagi kerja keras dan ketekunan masyarakat kecil.
Buru Selatan, dengan semangat laut dan tanahnya yang subur, sesungguhnya menyimpan potensi besar untuk tumbuh dari tangan-tangan sederhana warganya. Ketika pemerintah, komunitas otomotif, dan penggiat UMKM bergandengan tangan, maka Namrole akan dikenal bukan hanya karena suara mesinnya yang menderu, tapi juga karena pasar rakyatnya yang hidup, kulinernya yang menggoda, dan warganya yang sejahtera.
Menjelang malam, setelah suara motor perlahan menghilang dan jalanan kembali tenang, para pedagang menutup lapak mereka dengan senyum.
Mereka tahu, rezeki hari itu adalah hasil kerja keras, kesabaran, dan doa yang tak pernah putus.
“Kami ini tidak punya banyak, tapi kami punya semangat, punya tangan yang mau bekerja. Selama ada kesempatan, kami akan terus berdiri, menjual, dan berjuang. Karena rezeki itu tidak datang secepat motor di lintasan, tapi datang perlahan — satu pembeli, satu harapan, di bawah langit Namrole yang penuh doa,” tutur seorang ibu penjual makanan ringan, dengan suara lembut yang mengakhiri hari panjang penuh makna di kota kecil itu.
[Nar’Mar]





















