Ambontoday.com, Ambon.- Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Maluku, Ilham Tauda, melalui Kepala Bidang Perkebunan, A.D Lekatompessy,SP.MP membenarkan penyampaian Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon, Ir.Kostan,M.M terkait perkembangan hasil ekspor komoditi hasil pertanian dalam hal ini komoditi Pala.
Menurutnya, saat ini, untuk ekspor komoditi Pala dari Maluku lebih dominan ke negara Belanda, namun untuk volume ekspor memang belum begitu banyak dikarenakan hasil Pala tidak semua keluar dari Ambon, karena banyak sekali pembeli-pembeli hasil Pala dari petani perkebunan rakyat itu yang membeli kemudian mengirim ke Surabaya lewat berbagai pintu keluar di Maluku barulah di ekspor melalui ekportir di Surabaya.
“Saat ini memang belum banyak hasil Pala dari Maluku ekspor ke luar negeri, karena memang para pembeli hasil Pala ini bukan cuma satu saja melainkan ada beberapa yang membeli langsung hasil Pala dari perkebunan rakyat yang ada di Maluku.
Setelah membeli, biasanya mereka langsung mengirim ke mitra eksportir mereka di Surabaya lewat berbagai pintu keluar yang ada di Maluku sehingga itu tidak terpantau secara resmi oleh tim percepatan ekspor maluku.
Satu satunya eksportir Pala yang resmi diketahui adalah PT Kamboti yang melakukan ekspor Pala ke luar negeri lewat pelabuhan Yosudarso Ambon beberapa tahun terakhir ini,” jelas Lekatompessy.
Dikatakan, untuk frekuensi ekspor Pala Maluku ke negara Belanda tahun 2023 ini baru satu kali saja sebanyak 14,85 ton.
Terkait dengan perhatian pemerintah daerah dalam memberikan dukungan kepada para petani perkebunan rakyat ini, tentu pihak Dinas Pertanian Maluku tidak menutup mata terhadap hal ini.
“Sebagian besar produksi Pala di Maluku ini berasal dari perkebunan rakyat yang dalam aktifitasnya masih serba kekurangan tekait sarana prasarana pendukung. Untuk hal ini pemerintah daerah lewat Dinas Pertanian Provinsi Maluku tidak menutup mata, kami juga melakukan pendampingan, penyuluhan bahkan turut membantu para petani perkebunan rakyat ini agar bagaimana bisa meningkatkan produksi Pala.
Selain Bimbingan dan penyuluhan, Dinas Pertanian Maluku juga turut memberikan bantuan berupa alat pengering, walaupun belum semua petani belum dibantu tetapi kita konsisten akan berusaha agar semua petani di perkebunan rakyat ini bisa memperoleh itu agar dapat meningkatkan produksi serta kualitas produksi dari Pala.
Terkait sertifikasi dan sebagainya, itu kita sudah punya SOP dari kementerian Pertanian mengenai bagaimana penanganan pasca panen Pala baik untuk Petani, Pedagang (pengumpul) dan tingkat Eksportir,” paparnya.
Menurut Lekatompessy, terkait mutu dan kualitas hasil pala yang di ekspor ini tentu mesti dijaga dengan baik.
“Biasanya di bulan-bulan ini kan musim panen besar di petani, tetapi dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat maka sering para petani itu melakukan pengasapan untuk mengeringkan hasil produksi Pala, nah hal ini sangat tidak dianjurkan untuk memenuhi standar ekspor.
Untuk itu, dalam rangka mengatasi hal itu, Dinas Pertanian memberikan bantuan bberupa alat pengering tadi, walau kita sadari bahwa seluruhnya belum terlayani karena keterbatasan anggaran namun, kita berupaya agar semua petani Pala bisa terlayani nanti,” kata Kabid Perkebunan.
PT. Kamboti Rempah Maluku
Sementara itu, Direktur PT.Kamboti Rempah Maluku (eksportir), Carla Pattinama kepada wartawan menyampaikan, PT. Kamboti didirikan lima tahun lalu yakni tahun 2018 melalui Yayasan Titane di Belanda dan bergerak dibidang eksportir hasil pertanian khususnya Cengkeh dan Pala.
“Jadi PT Kamboti didirikan dengan tujuan pertama, menjual hasil pertanian khsususnya rempah rempah berupa Pala, kedua mensejahterakan petani, dan perdagangan yang adil Kamboti didirikan dengan alasan pasca konflik sosial di Maluku itu ekspor Pala ke luar neger itu sangat menurun drastis.
Setelah memulai bisnis ini, saat kan di ekspor ke negara belanda maka, menjelang itu Yayasan Titane di belanda sudah mulai membuat iven-iven di sana untuk mempromosikan hasil Pala Maluku sehingga ketika barangnya tiba di Belanda itu sudah ada calon-calon pembeli yang siap mengambil hasil ekspor Pala dari Maluku,” jelas Carla.
Menurutnya, tanggal 14 Juni 2023 kemarin PT.Kamboti baru saja mengekspor ke Belandan dengan jumlah 14, 85 ton, terdiri dari Pala ABC 4 ton, Fuly (bunga pala) 1 ton dan sisanya Gagang Cengkeh. Untuk Gagang Cengkeh ini baru saja mendapatkan order sehingga ekspor kemarin itu gagang cengkeh cukup banyak.
“Saat ini PT Kamboti sudah membuka jaringan di hampir seluruh Maluku termasuk Maluku Utara. Untuk hasil Pala sendiri kebanyakan kita beli dari Banda, dan sebagian dari Ambon, sementara daerah lain itu tidak terlalu banyak.
Untuk hasil yang akan di ekspor tentu kami sangat memperhatikan standar hasil sesuai dengan standar ekspor, jadi ketika kita membeli di petani kita juga selalu melakukan edukasi kepada petani agar bagaiman menjaga dan merawat tanaman Pala agar bisa menghasilkan kualitas yang baik.
Untuk Pala ABC itu kadar airnya mesti 10 persen, jemurnya itu sampai 9 hari. Fuli atau Bunga Pala itu harus kering dan bersih, kadar airnya 10 persen. Pala yang terbaik adalah Pala yang matang di pohon bukan yang sudah jatuh ke tanah. Untuk penjemuran Pala iti harus dengan sinar matahari, tidak boleh pengasapan.
Untuk mengantisipasi musim hujan, tentu para petani akan kesulitan dalam menjemur Pala, untuk itu atas inovasi PT Kamboti saat ini kita juga memproduksi mesin pengering. Mesin yang kita ciptakan ini memang hasil pengeringannya memenuhi standar ekspor, dan Dinas Pertanian Provinsi Maluku juga sudah membeli puluhan unit dari Kamboti untuk diberikan bantuan kepada petani,” ungkap Pattinama.
Dirinya menjelakan, ciri-ciri Pala yang kualitas ekspor itu adalah, untuk kualitas ABC dan SS itu penjemurannya harus dengan sinar matahari, kering, bersih, tidak berjamur, tidak pecah-pecah, tidak berlubang, tidak tercampur dengan Pala jenis lain, dan bukan rekayasa genetika.
Untuk Fuli (bunga pala) juga harus pengeringan dengan sinar matahari, kering dan bersih, tidak berjamur, tidak menggunakan minyak tanah, tidak direndam dengan air laut, tidak tercampur dengan Fully jenis lain, dan bukan rekayasa genetika.
Pattinama, menyampaikan, memang saat ini kendala yang masih dihadapi adalah ketika mengirim hasil komoditi Pala untuk di ekspor itu ternyata harus di restufing lagi di surabaya, karena mesti di fumigasi, sebab di Ambon belum ada pihak yang bisa melakukan fumigasi karena itu biasanya dilakukan oleh perusahaan Sukofindo dan lainnya.
Untuk itu, dirinya berharap agar kedepan pemerintah dapat memperlancar proses ekspor komoditi Pala dan pertanian lainnya ke negara luar dengan menghadirkan pihak yang dapat melaksanakan fumigasi di Ambon sehingga produk yang akan dikirm tidak perlu lagi singgah di tempat lain baru dilanjutkan ke negara tujuan.
Selain itu, menurut Patinama, kedepan PT.Kamboti juga akan menjajaki untuk tidak hanya hasil Pala saja yang diekspor ke luar negeri melainkan Kenari, Halua, Sagu dan hasil lain yang bercirikan daerah Maluku.