Ambotoday.com – Sejumlah pejabat Kabupaten Buru Selatan merasa heran dengan kasus pencurian Obat di Gudang (Farmasi) Obat milik Dinas Kesehatan Kabupaten Buru Selatan yang telah merugikan Negara ratusan juta rupiah.
Akibat dari pencurian Obat dari Gudang Obat, mengakibatkan sejumlah Puskesmas di Kabupaten Buru Selatan mengalami kesulitan kebutuhan obat. Akibat dari kasus pencurian obat dari gudang obat waktu lalu itu, beberapa puskesmas mengalami kesulitan obat untuk melayani masyarakat,” ungkap salah satu pejabat Kepala media ini di Namrole Buru Selatan, Maluku, Kamis 21/9/2023.
Dikatakan, dirinya merasa heran karena kasus ini sudah di tangani pihak Polres Buru Selatan memeriksa banyak saksi. “Tetapi sampai sekarang belum ada yang tanggung jawab atau sebagai tersangka dalan kasus Obat ini,” ujarnya heran. Menurut pejabat ini, kasus obat ini yang paling bertanggung jawab adalah PPK dan pegawai pencatat barang masuk. “Dua orang ini menurut beta yang bertanggung jawab , masa polisi kesulitan tetapkan tersangka, daerah alami kerugian ratusan juta, lo,”: ucapnya merasa heran dengan kasus ini. Sementara itu Kepala Inspektorat Kabupaten Buru Selatan Ismid Thio ditanya apakah pihaknya melakukan audit atau investigasi kasus pencurian obat ini, jawabnya belum.
“Belum, kami belum periksa karena kami tidak tahu. Dan kami baru tahu kasus obat ini, ujar Thio kepada media ini usai mengikuti paripurna di DPRD hari kemarin. Di lokasi terpisah salah satu pegawai Inspektorat mengatakan, terlalu gampang untuk mengetahui siapa yang paling bertanggung jawab terhadap gudang obat. “Menurut beta, PPK dan pegawai yang bertugas mencatatkan barang (Obat) yang masuk dan yang keluar,” ujarnya mirip dengan penjelasan salah satu pejabat diatas.
Sebelumnya diberitakan, Kasus Pencurian Obat di Gudang Farmasi/Gudang Obat milik Dinas Kesehatan Kabupaten Buru Selatan yang hilang tanpa jejak sampai saat ini diduga pengadaan obat fiktif. PPK Harun Fattah adalah orang yang dianggap paling bertanggung jawab dalam pengadaan obat-obatan yang hilang itu.
Informasi tersebut di terima dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buru Selatan. “Yang paling bertanggung jawab obat-obatan itu PPK Harun Fattah,’ ujar sumber informasi dari Dinas Kesehatan kepada media ini saat berada di Kantor Bupati setempat, Senin 4/9/2023.
Diungkapkan sumber bahwa, pengadaan obat-obatan dengan nilai anggaran ratusan juta (Rp.108) oleh PPK Harun Fattah diduga fiktif. Dan salah satu pegawai honor yang adalah anak buah PPK yang bernama Is, sangat mengetahui, dan yang bersangkutan sampai saat ini belum di periksa dari polisi.
“Obat-obatan yang hilang atau pencurian obat-obat dari gudang obat itu diduga fiktif,” ungkap sumber. Sumber menjelaskan, pengadaan obat-obatan oleh PPK senilai Rp.120 juta di datangkan oleh Harun Patta selaku PPK Dinas Kesehatan.
Jelas sumber lanjut, setelah obatnya tiba di Gudang Obat, dilakukan administrasi selesai seakan-akan pengadaan obat-obatan suda dilakukan pemeriksaan.
“Pemeriksaan dan pengecekan obat sudah selesai, obat-obat itu di kembalikan lagi,” ungkapnya. Ditanya obat-obat tersebut di ambil dari mana dan dikembalikan kemana, sumber ini mengaku tidak mengetahuinya, katanya PPK Harun Fattah yang lebih mengetahuinya.
“Harun Fattah PPK lebih tahu dia ambil obat-obatan itu dari mana, PPK yang lebih bertanggungjawab kasus obat di gudang obat depan pasar Namrole itu,” jelas sumber. Tandas sumber, pengadaan obat-obatan yang hilang dari Gudang Obat milik Dinas Kesehatan Kabupaten Buru Selatan itu diduga kuat hanya fiktif.
“Pihak polisi, polres Buru Selatan harus segerah tangkap PPK Harun Fattah dan tetapkan dia Harun Fattah sebagai tersangka,” tandas sumber. Sumber mengaku sangat prihatin dengan persoalan obat-obat yang hilang dari gudang obat. Menurutnya, pengadaan obat-obatan itu untuk kebutuhan masyarakat Buru Selatan yang sakit. Masih jelas sumber lagi, polisi sudah memeriksa banyak orang termasuk kepala gudang obat. Namun ada satu orang yang sampai saat ini belum di periksa yaitu anak buah Harun Fattah.
“PKK Harun Fattah, anak buahnya nama Is pegawai honor di Dinas Kesehatan sampai saat ini belum di periksa, anak buah Harun Fattah ini dia saksi kunci yang sangat mengetahui obat-obat itu, dia itu yang belum diperiksa sampai sekarang,” ungkap sumber. Dikatakan sumber, anak buah PPK Harun Fattah ini menghilang sejak Kasus kehilangan obat-obatan dari gudang. “Harun Fattah punya anak buah ini, pasti tahu dari mana obat-obat itu di ambil dan di kembalikan ke mana.
Polisi harus tangkap dia dan periksa dia,” tandas sumber mengaku sangat prihatin. Harun Fattah yang biasa di panggil Alho selaku PPK dikonfirmasi ke nomor WA-nya terkait kasus pencurian obat di gudang obat mengatakan kasus ini sudah di tangani oleh Polres Buru Selatan.
“maaf silahkan ke polres jua karna kasusx sdh d polres,” jawab Harun Fattah pada balasan pesan WAnya. Ditanya lagi, kalau salah satu pegawai Honor di Dinkes atas Nama Is, apakah dia anak buah pak Harun?, jawabannya, “maaf bukan honor tapi pegawai sukarela,” jawab Harun Fattah.
Apakah pengadaan obat itu diduga fiktif, Harun Fattah menjawab persilahkan media ini silahkan cros chek ke salah satu wartawan biar tidak terjadi bias informasi dalam pemberitaan. “croscek informasi dgn saudara (nama di sembunyikan dan nama media dirahasiakan) biar tdk terjadi bias informasi dalam pemberitaan,” ujar Harun Fattah pada balasan pesan WhatsApp nya.
Diberitahukan sebelumnya, Kapolres Buru Selatan AKBP M.Agung Gumilar diminta segerah menetapkan tersangka kasus pencurian obat dari Gudang Farmasi (Gudang Obat) milik Dinas Kesehatan Kabupaten Buru Selatan, yang mengalami kerugian uang negara ratusan juta rupiah. Sebelumnya Polres Buru Selatan telah mengekspos kasus pencurian obat pada Gudang Farmasi atau Gudang Obat milik Dinas Kesehatan Kabupaten Buru Selatan.
Dalam ekspos tersebut, suda 6 orang yang diperiksa untuk dimintai keterangan termasuk penjaga gudang. “Polres Buru Selatan harus segerah tetapkan tersangka, dalam hal ini pak Kapolres harus tetapkan para tersangka pencurian obat dari gudang obat,” ujar salah satu pegawai pada pada Rumah Sakit (RSUD) Dr. Salim Al Katiri kepada media ini di Namrole, Selasa 29/8/2023.
Dikatakan, dalam kasus pencurian obat itu, negara dalam hal ini pemerintah daerah terkhusus Dinas Kesehatan mengalami kerugian ratusan juta rupiah.
“Pemerintah daerah mengalami kerugian ratusan juta dalam kasus pencurian obat-obatan itu, ujarnya prihatin. Tambahnya, suda ada beberapa orang yang di periksa di polres terkait pencurian obat-obat itu.
“Setahu saya, ada 16 orang yang bertugas di Gudang Obat, 15 orang sudah di periksa, 1 orang belum di periksa,” jelasnya. Dikatakan, pihak kepolisian pasti lebih tahu siapa satu orang tersebut yang belum di periksa. “Pak Kapolres harus periksa 1 orang itu, karena nama-nama pegawai yang terlibat dalam gudang obat itu sudah ada di polisi,” ujarnya. Ditanya siapa nama satu orang pegawai tersebut, sumber ini enggan mengatakan dengan alasan pihak kepolisian sudah tahu.
Menurut sumber ini, kemungkinan satu orang yang belum di periksa ini sebagai saksi yang lebih mengetahui dan diduga terlibat pencurian obat-obatan itu. “Suda cukup lama kasus pencurian obat tetapi sampai sekarang belum ada titik terang tersangkanya siapa,” ujarnya merasa Heran. (Biro BurseL)