Ambon, ambontoday.com – Guna mencerdaskan anak bangsa maka program pendampingan implementasi maka, Menurut Assesment and Teaching for 21st Century Skills (ATCS) adalah salah satu hal pokok yang sangat berkaitan dengan kecakapan abad 21 yakni kecakapan hidup, di samping cara berpikir, cara bekerja, dan alat kerja. Kecakapan hidup mencakup kewarganegaraan, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial.
Dalam kerangka tersebut pendidikan karakter dan kecerdasan emosional penting untuk diberdayakan dalam pembelajaran. Pendidikan karakter perlu dikembangkan dalam sistem pendidikan pada berbagai level pendidikan, guna menghasilkan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, maju, dan unggul dalam segala bidang kehidupan masyarakat.Â
Seiring perkembangan zaman, maka terdapat beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap perubahan karakter generasi muda Indonesia yakni globalisasi dan imperialisme budaya. Bila pendidikan karakter tidak diperhatikan maka mengakibatkan gejala epidemiologis yang dapat melanda peserta didik dengan trend yang cukup meresahkan banyak pihak.Â
“Salah satu gejala epidemiologis tersebut antara lain: prestasi akademik memburuk, meningkatnya angka putus sekolah, kekerasan anak, kejahatan, serta sikap tidak hormat. Untuk itu, karakter sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional. Kedua dimensi ini menjadi bagian penting dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga dirumuskan dalam KI-1 dan KI-2 dalam kurikulum 2013,” ujar Ketua Tim PPM, Albertus Fenanlampir kepada ambontoday.com lewat relis yang diterima Jumat, (27/8).
Lanjut Fenanlampir, aktivitas belajar sangat tergantung pada kondisi emosional seseorang. Bila siswa memiliki kecemasan dan ketegangan yang terlalu tinggi, atau stimulasi emosional yang terlalu banyak cenderung mengganggu tahapan awal dalam belajar. Â
Dalam rangka itulah dilakukan kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat (PPM) bagi guru SD Inpres M/Morella Kabupaten Maluku Tengah oleh Tim Dosen Program Studi Penjaskesrek Unpatti antara lain: Dr. Albertus Fenanlampir, M.Pd., AIFO., Dr. Jonas Solissa, M.Pd., dan Dr. Siti Divinubun, M.Pd. Kegiatan ini merupakan bagian dari program FKIP Mengabdi yang diprioritaskan oleh Dekan FKIP Unpatti Prof. Dr. I. H. Wenno, S.Pd., M.Pd dalam periode kepemimpinannya.Â
Kegiatan PPM yang berlangsung pada tanggal 24 Agustus ini mendapat sambutan positif dari Kepsek SD Inpres M/Morella Kadri Sasole, bersama seluruh staf dewan guru. Sasole sangat mengharapkan adanya trasfer informasi terkait dengan perkembangan pembelajaran kekinian terutama dari LPTK sehingga dapat lebih berkontribusi bagi peningkatan proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah-sekolah.Â
Sasole mengakui bahwa strategi HPC yang dikembangkan oleh Dr. Fenanlampir dan rekan-rekan sangat membantu guru dalam menyiasati permasalahan pembelajaran terutama yang dialami oleh siswa akademik lemah. Â
Kegiatan PPM ini didanai oleh FKIP Unpatti, di mana sebelumnya melalui proses seleksi proposal oleh tim di Fakultas. Kegiatan pendampingan ini merupakan upaya untuk diseminasi hasil penelitian yang dikembangkan oleh Dr. A. Fenanlampir, M.Pd., AIFO selaku ketua Tim, salah satunya adalah strategi pembelajaran Homogenity Psycho Cognition (HPC).Â
Strategi pembelajaran yang tergolong baru di dunia ini dikembangkan tersebut sudah melalui tahap pengembangan serta sudah diHKI-kan. Kini strategi tersebut sedang diperkenalkan dalam dunia pembelajaran khususnya di Maluku, sehingga dapat digunakan secara optimal untuk mendukung proses dan hasil pembelajaran, terutama juga sebagai solusi dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dialami oleh peserta didik berkemampuan akademik level bawah di wilayah Maluku.
Fenanlampir menuturkan bahwa melalui kegiatan ini ditargetkan guru memiliki keterampilan dan inovasi dalam mengimplementasi strategi HPC dalam perangkat pembelajaran yang mengelaborasi pendekatan saintifik atupun model-model pembelajaran terkait yang berorientasi pada pengembangan aspek afektif terutama karakter dan kecerdasan emosional, serta kognitif, dan psikomotorik peserta didik. Selain itu juga diharapkan guru memiliki kompetensi dalam mengimplementasikan pembelajaran dengan strategi HPC.
Kegiatan ini diawali dengan sosialiasi strategi HPC bagi guru sehingga strategi HPC ini dapat lebih dipahami secara teoritis dan praktis, termasuk keunggulan, dan prosedur dalam implementasinya. Tujuan implementasi strategi tersebut adalah untuk pengembangan karakter dan kecerdasan emosional peserta didik, terutama mereka yang berkemampuan akademik level bawah. Selanjutnya kegiatan ini masih akan difollow up oleh Tim PPM dalam rangka penerapan strategi HPC secara langsung oleh guru dalam pembelajaran. Diharapkan kondisi pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 ke depan semakin membaik, sehingga penerapannya menjadi lebih maksimal dan membantu peserta didik dalam pembelajaran. Dengan demikian, Fenanlampir mengharapkan pihak sekolah dapat membantu tim untuk kegiatan selanjutnya, sehingga dapat memberikan masukan dan saran yang berharga terkait dengan implementasi strategi HPC dimaksud. (AT/lamta)