Ini Neraca Produksi Pertanian Maluku dan Komoditas Penyumbang Inflasi

Before content

Ambontoday.com, Ambon.- Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dr.Ilham Tauda,SP, M.Si di dampingi Kepala Bidang Hortikultura, Hero Lekatompessy, menyampaikan Neraca Produksi Pertanian di Maluku kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa 11 Juli 2023 mengatakan, sejumlah komoditas pangan di Maluku turut menyumbang dampak inflasi di Maluku khususnya Kota Ambon.

Sesui hasil rilis BPS, untuk bulan Juni 2023 ada dua komoditas yang turut mempengaruhi inflasi yakni Cabe Rawit dan Sawi Hijau. Selain itu, Beras juga turut memberikan dampak inlasi yang cukup dominan.

“Untuk inflasi buan juni 2023 year on year itu beras memberikan kontribusi 0,79% karena sampai dengan saat ini kemampuan produksi beras di maluku baru mencapai 55% dari total kebutuhan 130 ribu ton, artinya sisa 45% itu kita datangkan dari luar maluku.

Untuk produksi beras di bulan Juni 2023 yang disuplai petani kita dari daearh sentra produksi yakni 49,6 ton, di penggilingan itu tersedia 60,61 ton dengan harga jual rata-rata 12 ribu rupiah per kg. Sementara harga penetapan badan pangan nasional untuk zona 3 Maluku khusus beras medium harganya 11 ribu delapan ratus per kg,” jelas Ilham.

Menurutnya, dari data ini menunjukan bahwa beras di tingkat petani itu sudah cukup mahal dikarenakan biaya produksi juga mahal, dengan demikian beras juga menjadi pemicu inflasi.

Belum lagi kalau dilihat secara nasional ada penyesuaian untuk Harga Eceran Tertinggi (HET) karena ada kenaikan secara nasional maka otomatis memberikan dampak, karena tingkat konsumsi rata masyarakat itu 70% adalah beras.

Selain itu, masih rendahnya tingkat produksi petani di Maluku karena daerah sentra produksi terutama Padi Sawah di Buru dan Seram baru memulai musim tanam kedua di bulan April sehingga baru bisa panen di bulan Agustus 2023, dan dapat dipastikan akan ada kenaikan tingkat produksi petani.

Kemudian, lanjutnya, untuk pemicu inflasi lainnya yakni Cabe Rawit tingkat inflasinya 0,1084%, dan Sawi Hijau 0,0859%.

Baca Juga  Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Himbau Masyarakat Beli BBM Sesuai Kebutuhan

“Produksi Cabe Rawit saat ini di Maluku yang di pasok ke Ambon pada bulan Juni itu 15 ton dari rata-rata kebutuhan itu 30 ton, itu berarti ada kekurangan sebesar 50%. Hal ini dikarenakan serangan hama pada tanaman serta tingkat curah hujan yang cukup tinggi yang berimbas pada gagal panen.

Karena itu, di tahun 2023 ini Dinas Pertanian mengalokasikan sekitar 100 hektar untuk tanaman Cabe Rawit melalui APBN di beberapa kabupaten/kota.

Demikian juga untuk sayuran untuk jenis Sawi dan Kangkung, kita sudah mengimbau kepada para petani sayuran hijau di pulau ambon termasuk Leihitu dan Salahutu untuk menyiapkan Rumah Pelindung atau Screen House sehingga ketika masuk musim penghujan petani sudah siap.

Sampai saat ini screen house yang sudah terpasang dari total luasan 54,5 hektar untuk sayuran di pulau ambon sebanyak 1.120 rol atau kalau dikonversikan sekitar 45% bahkan sudah meningkat.

Selain itu, Dinas juga memberikan bantuan berupa sedikit stimulan sebanyak 87 rol untuk 3 hektar. Menurut hasil survey Bank Indonesia, stimulan rumah pelindung dari Dinas Pertanian cukup efektif sehingga memberikan dampak stabilnya harga sayur mayur di bulan Juli ini,” papar Tauda.

Sementara itu, terkait Neraca Produksi Pertanian, menurut Kadis, untuk Cabe Rawit saat ini luas tanam keseluruhan sebesar 105 hektar dengan estimasi total produksi di Maluku di bulan uni ada 150 ton, di bulan Juli diproyeksikan sebesar 160 ton dan bulan Agustus 200 ton sehingga total produksi Cabe Rawit untuk 3 bulan kedepan sebanyak 510 ton.

“Kalau untuk neraca produksi secara tahunan itu belum bisa mencukupi ebutuhan di dalam daerah Maluku. Karena kalau kita bandingkan total kebutuhan 1 tahun untuk Cabe Rawit itu ada sekitar 1.290 ton. Untuk Cabe Keriting dengan luas tanah 43 hektar, produksi bulan Juni 78 ton, bulan Juli 100 ton dan bulan Agustus 110 ton dengan total produksi 288 ton, itu berarti masih terjadi kekurangan 508 ton.

Baca Juga  Diduga Ada Ilegal Oil, DPRD Desak Pertamina Berikan Data

Untuk tanaman Tomat luas tanam 60 hektar, produksi bulan juni 88 ton, proyeksi bulan juli 90 ton dan bulan agustus 100 ton, dengan total 178 ton. Ini pun kita masih devisit karena dari total kebutuhan 1.328 ton.

Bawang Merah rata-rata saat ini belum ada produksi di tingkat petani karena belum masuk pada musim tanam yakni di bulan September nanti. Untuk itu kita datangkan dari luar maluku sebanyak 1.026 ton,” papar Kadis.

Dirinya menjelaskan, ada sejumlah bantuan yang di peroleh dalam rangka langkah-langkah antisipasi komoditas pemicu inflasi diantaranya, Cabe Rawit, Bawang Merah dan Sawi Hijau.

Sementara untuk tanaman pangan, saat ini belum masuk musim tanam tetapi yang tersedia saat ini adalah Gabah Kering 1.700 ton yang kalau dikonfersikan ke beras ada sekitar 473 ton.

“Untuk produksi Daging, di bulan Juni produksi daging Sapi 412,97 ton, Ayam Ras 68,96 ton, telur ayam ras 198,59 ton. Untuk Daging kita surplus karena kebutuhan per bulan kita 234 ton per bulan jadi kita sudah suprlus 178 ton atau setara dengan 595 ekor.

Sedangkan untuk Ayam Ras produksi saat ini 68,96 ton per bulan, kebutuhan per bulan 245 ton sedangkan yang di datangkan dari luar itu ada 176 ton per bulan.

Untuk Telur, produksi kita 168 ton, kebutuhan 321 ton sehingga ada pasokan dari luar itu sebanyak 152,71 ton per bulan,” papar Ilham.

Dirinya menambahkan, hal yang paling penting yang perlu di catat adalah, rata-rata terjadi kenaikan khususnya komoditas pertanian dari petani sampai ke pedagang dengan margin 50 sampai 80 persen, ini sangat luar biasa.

Sebagai contoh, hasil kunjungan ke lapangan bersama BPS menemukan, sayur Kangkung 1 ikat Rp. 3000, dilepas ke pasar itu Rp.10.000-Rp.16.000.

Cabe Rawit di datangkan dari Buru dan Seram kita terima dari pedagang pertama itu Rp.40.000 masuk ke pedagang sudah Rp.80.000. Jadi yang menjadi permasalahan adalah kesalahan itu ada pada pedagang yang menarik keuntungan terlalu besar di rantai dagangnya, bukan di pusat produksi sehingga petani itu tidak mendapatkan apa-apa.

Baca Juga  Walikota Minta BLK Hasilkan Tenaga Kerja Berkualitas

“Terkait dengan tingginya harga di pedagang, dalam rapat inflasi baru-baru ini kita sudah minta kepada Satgas Pangan untuk bisa melihat hal ini, agar jangan ada lagi orang-orang yang mengambil untung terlalu besar,” tutup Kadis.

Sementara itu, Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Hero Lekatompessy menjelaskan, terkait sentra sayuran dapat digolongkan ada beberapa jenis yakni sayuran dataran tinggi, sayuran dataran rendah atau sayuran hijau.

Khusus untuk sayuran hijau daam kawasan pulau ambon berupa Kangkung, Bayam dan Sawi itu semua diproduksi dari pulau Ambon.

Sementara untuk Cabe itu didatangkan dari sentra-sentra di Maluku seperti SBB, Mauku Tengah, Pulau Buru. Memang di daerah lain juga banyak seperti Maluku Tenggara hanya saja karena biaya transportasinya yang mahal.

“Untuk Cabe Rawit maupu Cabe Keriting ini sebelumnya tidak didatangkan dari luar Maluku karena tingkat produksi di Maluku mencukupi bahkan melebihi.

Namun saat ini karena cuaca seperti musim penghujan dan serangan hama ini membuat tingkat produksi menurun makanya sebagian pasokan kita datangkan dari luar Maluku,” Jelas Lekatompessy.

Sementara untuk sayuran dataran tinggi seperti Wortel dan Kentang, menurut Kabid, saat ini pasokannya masih didatangkan dari luar Maluku.

Memang untuk Kentang dan Wortel ini ada sentra-sentra produksi di Maluku seperti di Buru dan Seram Barat, namun karena tingginya biaya transportasi mengakibatkan terjadi persaingan harga.

“Untuk komidtas Bawang Merah, tiga tahun terakhir ini kita ada mendapatkan bantuan dari pusat itu bibit bawang dalam entuk biji, namun ini menjadi kendala bagi petani karena cara produksinya itu rumit dan lama.

Berbeda dengan bibit bawang umbi yang cara produksinya relatif mudah dan cepat, karena bawang umbi itu lama produksinya hanya 60 hari sudah bisa di panen,” ungkap Kabid Hortikultura.