AMBON, Ambontoday.com– Memasuki Triwulan I 2018, kinerja keuangan industri perbankan di Provinsi Maluku terus menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
Hal ini diakui oleh Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Maluku, Bambang Hermanto kepada awak media dalam kegiatan Media Update di kantornya, Rabu (9/5).
Menurutnya, Total Aset Perbankan meningkat Rp2,11 Triliun atau tumbuh 11,52 persen (yoy) menjadi Rp20,44 Triliun, dan Total Dana Pihak Ketiga meningkat Rp883,99 Miliar atau tumbuh 7,02 persen menjadi Rp13,47 Triliun dan Kredit meningkat Rp1,42 Triliun atau tumbuh 14,28 persen menjadi Rp11,35 Triliun.
“Posisi Triwulan I 2018, kinerja industri perbankan di Maluku tersebut menunjukkan perkembangan yang menggembirakan serta berada di atas rata-rata pertumbuhan nasional kecuali DPK. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian secara umum kondusif serta memiliki prospek yang baik ke depan”, ungkap Hermanto.
Ia mengatakan, Kinerja keuangan yang
positif ini juga didukung dengan kualitas perkreditan yang baik tercermin dari penyaluran kredit bermasalah di Maluku posisi Maret 2018 hanya sebesar 1,30 persen, lebih rendah dibandingkan dengan posisi Februari 2018 yang tercatat sebesar 1,34 persen dan jauh lebih rendah dari NPL nasional yang tercatat sebesar 2,83 persen.
Untuk itu, perkembangan penyaluran kredit perbankan perlu memperhatikan pergerakan di 3 sektor ekonomi produktif yang cenderung tumbuh melambat dibanding posisi Februari 2018 (yoy) yakni sektor perdagangan besar dan eceran dari sebesar Rp256,68 Miliar (13,07 persen) pada posisi Februari 2018 menjadi sebesar Rp233,77 Miliar (11,44 persen) pada posisi Maret 2018, sektor pertanian dan kehutanan dari sebesar Rp35,55 Miliar (34,74 persen) menjadi sebesar Rp34,26 Miliar (32,54 persen) dan sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan dan minum dari sebesar Rp71,41 Miliar (50,85 persen) menjadi sebesar Rp68,55 Miliar (47,53 persen).
“Hal tersebut berdampak pada sedikit melambatnya pertumbuhan kredit posisi Maret 2018 dibandingkan dengan posisi bulan Februari 2018 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 15,17 persen (yoy), namun demikian masih jauh lebih tinggi dari pertumbuhan kredit nasional posisi Maret 2018 yang tercatat sebesar 8,56 persen (yoy),” tuturnya.
Ia mengakui, peningkatan penyaluran kredit posisi Maret 2018 masih didominasi oleh kredit konsumtif sebagai penyumbang terbesar yaitu pada sektor Rumah tangga, dan bukan Lapangan Usaha Lainnya yang meningkat sebesar Rp461,62 Miliar (15,71 persen).
Diikuti sektor Rumah Tangga yang untuk Pemilikan Peralatan Rumah Tangga Lainnya sebesar Rp 445,93 miliar (13,81 persen), sektor Rumah Tangga , untuk Pemilikan Rumah Tinggal sebesar Rp125,84 Miliar (19,38 persen) dan sektor Rumah Tangga, Pemilikan Kendaraan Bermotor yang meningkat sebesar Rp26,48 Miliar (60,99 persen).
Selain itu, Sektor produktif juga mencatatkan pertumbuhan positif, terutama pada Sektor Perdagangan Besar dan eceran yang tumbuh sebesar Rp233,77 miliar (11,44 persen), Sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum sebesar Rp68,55 miliar (47,53 persen), Sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan sebesar Rp34,26 miliar (32,54 persen) dan Sektor Industri Pengolahan sebesar Rp24,87 miliar (33,42 persen).
“Komposisi portofolio penyaluran kredit per sektor masih didominasi pada sektor rumah tangga, kredit konsumtif (70,20 persen), sektor Perdagangan Besar dan Eceran (20,06 persen) dan sektor konstruksi (1,99 persen) dari total kredit,” tutupnya. (AT-009)