Ambon, ambontoday.com – Pemerintah Kota Ambon melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan Kota Ambon mewarnai Peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) dengan penanaman anakan Mangrove dan bersih teluk, yang berlangsung di depan PLTD desa Poka, Selasa (5/6).
Aksi penanaman anakan mangrove dan bersih-bersih teluk dilakukan langsung oleh Walikota Ambon, Richrad Louhenapessy, Sekertaris Kota Ambon (Sekkot) A G Latuheru, perwakilan SKPD, TNI/AD, dan komunitas kalesang hidup menanam anakan tersebut dengan sototan tema “Kendalikan Sampah Plastik”.
Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan RI, Siti Nurbaya dalam sambutannya yuang disampaikan oleh Walikota Ambon mengatakan, tema yang di angkat di hari sampah sedunia ini mengandung arti motivasi kerja sekuat tenaga untuk atasi sampah, juga kerja yang sistematis dalam mengurangi sampah, mengolah sampah, dan melakukan pengelolaan sampah berkelanjutan melalui kegiatan daur ulang, atau dikenal dengan istilah Reduce, Reuse, dan Recycle (3R); serta yang penting adalah upaya bersama kolaborasi semua pihak, pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
” Komposisi sampah plastik di Indonesia saat ini sekitar 16 persen dari total timbulan sampah secara nasional. Sementara komposisi sampah plastik di kota-kota besar seperti Jakarta, sekitar 17 persen (Riset bersama Indonesia Business Link dan Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan UI 2016). Komposisi sampah plastik menunjukan trend meningkat dalam 10 tahun terakhir ini, dari 11 persen di tahun 2005 menjadi 15 persen di tahun 2015. Sumber utama sampah plastik berasal dari kemasan makanan dan minuman, kemasan consumer goods, kantong belanja, serta pembungkus barang lainnya,” katanya.
Louhenapessy mengatakan, dari total timbulan sampah plastik, yang telah dilakukan daur ulang diperkirakan baru 10-15 persen, selain itu 60-70 persen ditimbun di TPA, dan 15-30 persen belum terkelola dan terbuang ke lingkungan, terutama ke lingkungan perairan seperti sungai, danau, pantai, dan laut (Data Program Adipura KLHK 2016).
“Dalam pengelolaan sampah plastik berkelanjutan, terdapat beberapa prinsip utama yang harus diterapkan, yaitu: Melaksanakan re-design kemasan dengan cara mengurangi kemasan Mengurangi timbulan sampah plastik sejak dari sumbernya dengan cara menghindari dan membatasi penggunaan kemasan, bungkus, dan kantong belanja plastik sekali pakai (single use packaging); Memanfaatkan kembali kemasan atau kontainer plastik untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain; dan, Mendaur ulang kemasan dan wadah plastik yang memang di-design dapat didaur ulang,” jelasnya.
Ia menjelaskan, dalam gerakan masyarakat dengan dukungan masyarakat dan pemda/ pemerintah, penanganan sampah melalui bank sampah merupakan modal sosial yang unik dan tidak ada di negara lain untuk saat ini. Tentu saja juga telah berkembang ragam inovasi para profesional dunia usaha. Ia menambahkan, para pelaku bisnis menjalankan strategi melakukan pembatasan timbulan sampah dengan cara re-design barang dan/atau kemasan plastik agar lebih ramah lingkungan misalnya compostable, recyclable, reusable, durable, dan refilable; serta membangun stasiun-stasiun drop-box dan mungkin bank sampah diantaranya untuk ambil kembali barang dan/atau kemasan plastik untuk didaur ulang atau dipergunakan ulang, pemerintah dan masyarakat.
Ia mengharapkan , kegiatan ini dapat menambah semangat untuk memperbaiki diri dalam berperilaku adil terhadap lingkungan, khususnya dalam menjaga kebersihan lingkungan sebagai bagian dari pada iman. Dengan lingkungan yang bersih dari sampah, dapat meningkatkan kenyamanan dalam beribadah, dan perilaku ini agar terus berlanjut hingga menjadi suatu kebiasaan dan budaya, untuk ditularkan kepada lingkungan sekitarnya.
” Alam yang terjaga, akan memberikan fungsinya kepada manusia mulai dari fungsi pembawa/media, produksi sampai pada fungsi informasi, spiritual/healing. semua itu untuk kesejahteraan manusia,” tutup Louhenapessy. (AT-011)