Ambon, Ambontoday.com – Cuci darah atau dalam bahasa medis disebut dengan hemodialisa (HD) adalah suatu proses pemisahan atau penyaringan atau pembersihan darah melalui suatu membran semipermeabel melalui suatu alat cuci darah.Saat ini tindakan hemodialisa merupakan pilihan terapi terbanyak bagi pasien gagal ginjal.
Biaya cuci darah sendiri tidak sedikit, dibutuhkan sekitar 1,3 juta rupiah untuk sekali cuci darah sedangkan jadwal cuci darah harus rutin, ada yang 2 kali dalam seminggu atau bahkan 3 kali dalam seminggu.
Biaya tersebut belum termasuk biaya lain-lain seperti obat-obatan atau perawatan tambahan di rumah sakit.
Nilai fantastis yang harus dibayarkan apabila ada pasien yang harus terapi cuci darah sejak tahun 2011.
Akan tetapi hal tersebut tidak dirasakan sama sekali bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS), seperti yang diungkapkan oleh salah satu peserta JKN-KIS saat sedang cuci darah di RSUD dr. M. Haulussy Ambon, Senin (10/2/2020).
Adolina L. Saptenno (66) seorang Guru PNS yang telah menjadi peserta JKN-KIS.
Ia divonis gangguan ginjal oleh dokter pada tahun 2011. Awalnya ia merasakan sering lemas dan kesulitan mengangkat sesuatu pada saat bertugas di Masohi, Kabupaten Maluku Tengah
“Awalnya pada tahun 2010 di Masohi, saya merasa lemas dan susah mengangkat sesuatu. Setelah satu tahun melalui beberapa kali pemeriksaan di puskesmas, pada tahun 2011 petugas menghimbau untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut di Ambon.
Setelah sampai di Ambon dan diperiksakan ke dokter spesialis penyakit dalam, saya divonis untuk terapi cuci darah. Pada saat itu saya cuci darah 3 kali dalam seminggu, tapi sekarang sudah mulai berkurang menjadi 2 kali dalam seminggu” ungkapnya.
Ia mengaku tidak pernah kuatir akan biaya yang harus dikeluarkan selama hampir 9 tahun menjalani cuci darah sejak tahun 2011 karena telah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS.
“Sudah hampir sembilan tahun ini saya tidak kuatir biaya karena punya JKN. Jaminan ini sangat membantu sekali. Tidak bisa dibayangkan apabila harus bayar sendiri sejak tahun 2011, pasti sudah habis ratusan juta” akunya.
Ia juga menyampaikan terima kasihnya kepada seluruh peserta JKN di Indonesia, mereka adalah pahlawan JKN, katanya. Berkat iuran gotong royong tersebut ia masih bisa menjalani terapi cuci darah sampai dengan saat ini.
“Saya sangat berterima kasih kepada seluruh peserta JKN di Indonesia yang sehat dan rutin membayar iuran, mereka adalah Pahlawan JKN, berkat mereka saya bisa bertahan sampai saat ini.” tutup Saptenno. (AT-009)