Ambontiday.com, Ambon.- Terkuak fakta minyak PLTD Poka milik PT.Persero PLN di duga kuat mengakibatkan kerusakan dan matinya tanaman Mangrove yang ada di pesisir pantai. Fakta ini terkesan dilupakan dan diabaikan oleh pihak PLN maupun sejumlah pihak yang berkompeten untuk mencari solusi penanganan persoalan ini.
Fakta mengenai kontribusi minyak PLN ini terkuak dalam sejumlah video dengan berbagai durasi yang diambil oleh warga sekitar bantaran sungai dimana aliran sungai dan limbah minyak PLN mengalir ke laut.
Video yang direkam Randi Titawano (Ongen), warga RT.001/RW.03 Desa Poka, yang bermukim di bantaran sungai tersebut memperlihatkan tumpahan minyak dalam jumlah sangat banyak akibat kebocoran pipa.
Menurutnya, pihak PLN tidak bisa mengelak atau berdalil apapun soal matinya tanaman Mangrove, karena sebagai warga yang bermukim di sekitar lokasi, dirinya paling tahu kejadian kejadian terkait bocoran minyak PLN yang mengalir ke laut.
“Saya berani bersaksi, bahkan kalau sampai ke ranah hukum sebab saya orang yang paling sering mengontrol areal ini jika ada kejadian bocoran atau tumpahan minyak PLN ke muara. Bahkan akibat kejadian tersebut, saya bersama isteri dan anak-anak serta warga sekitar lainnya sampai hampir tidak bisa bernapas dan makan lantaran Bio Solar yang bocor ke kali dan mengalir ke muara sungai ini terlalu banyak, akibatnya saya dan beberapa warga mesti mengungsikan anak-anak kami dari rumah karena sudah tak tahan dengan bau minyak yang sangat menyengat.
Tanggal 25 oktober 2022 itu ada tumpahan minyak, kemudian tanggal 10 November itu ada tumpahan lagi. Saat itu saya langsung melakukan kros chek ke dalam PLTD Poka, ternyata ada kebocoran dari tanki penampungan minyak dalam jumlah yang sangat banyak. Selain itu, kebocoran juga terjadi pada pipa penyalur dari Pertamina Wayame yang masuk ke PLTD Poka,” ungkap Ongen kepada wartawan Kamis 9 Maret 2023.
Dirinya menyayangkan pihak Pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup baik Provinsi Maluku maupun Kota Ambon serta sejumlah pihak terkait yang berkoordinasi dalam menangani persoalan ini tidak melibatkan warga yang tinggal di sekitar wilayah bantaran sungai, padahal yang paling mengetahui keadaan dan kejadian sebenarnya itu adalah warga.
“Kita ini kan tinggal di sekitar lokasi, dan yang paling tau kondisi dan kejadian sebenarnya itu adalah warga, pemerintah dan pihak lain yang terlibat dalam upaya mencari solusi ini kan datang setelah kejadian sudah selesai, mana mereka tahu tentang kejadian yang sebenarnya. Bahkan kejadian kebocoran yang terjadi malam hari apakah Dinas Lingkungan Hidup tahu atau lihat,? kan tidak, kita warga di sini yang tahu dan lihat bahkan saya sendiri sampai menerobos masuk ke lingkungan PLTD tengah malam untuk menyampaikan kejadian kepada Pimpinan PLTD tapi tidak digubris.
Menurut Ongen, sejumlah pihak menyalahkan bahwa beberapa bengkel yang ada di sekitar lokasi itu adalah penyumbang limbah yang mengakibatkan matinya Mangrove.
“Kalau mereka katakan bahwa ini akibat limbah dari bengkel yang ada di sekitar itu salah besar. Di lokasi ini ada tiga bengkel, ada bengkel yang spesifikasi mengganti onderdil, ada bengkel penggantian Oli dan tambal ban, dan ada bengkel yang menjual sparepat.
Kalau dibilang bengkel penyebab limbah matinya Mangrove coba turun lalu lihat sendiri apakah ada potensi Bengke-bengkel ini mengalirkan limbah ke laut.? Tidak ada saluran dari bengke-bengkel itu ke laut, bahkan Dinas Lingkungan Hidup Kota Ambon menyediakan sejumlah wadah penampungan limbah bengkel sehingga tidak ada limbah yang dibuang ke laut.
Saya juga pernah masuk ke dalam PLTD dan menyaksikan bahwa para pekerja/karyawan di dalam PLTD juga saat selesai kerja, tangan dan pakaian mereka yang terkena limbah minyak dan sebagaimnya itu tidak dibuang di dalam penampungan melainkan dibuang ke saluran yang langsung mengarah ke dalam kali,” paparnya.
Ongen menyampaikan, sebagai warga dirinya meragukan hasil penelitian atau uji laboratorium kandungan cemaran limbah di lokasi itu, terkesan ada yang ditutupi karena sangat tidak mungkin dari kejadian yang ada tingkat cemaran yang diakibatkan minyak PLN kandungannya di bawah ambang batas.
Dalam sejumlah video yang diperoleh dari warga terlihat jelas tumpahan Bio Solar yang mengalir begitu banyak di aliran sungai dan sangat kental saat malam hari.
Bahkan, di tembok pagar PLTD terlihat ada aliran solar yang mengalir dari arah dalam pagar tembok PLTD.
Sementara itu, menanggapi fakta yang diungkap warga, Anggota Komisi C DPRD Kota Ambon, Ari Sahertian, Jumat 10 Maret 2023 menyampaikan, kalau memang fakta yang diungkap masyarakat melalui sejumlah rekaman video terkait tumpahan atau bocoran minyak pihak PLN yang menyebabkan matinya tanaman Mangrove ada, silahkan diangkat media ke permukaan.
“Kalau bukti video dari warga terkait bocoran minyak PLN ada silahkan media angkat dan tulis itu, karena itu juga bagian dari seluruh proses pencarian solusi yang selama ini sudah kita lakukan bersama pemerintah dan pihak terkait diantaranya PLN. Pertemuan terkahir dengan Dinas Lingkungan baik Provinsi maupun kota Ambon serta PLN dan beberapa pihak lainnya, kita masih membahas soal mencari solusi bagaimana merehabilitasi lahan itu kedepan, apakah akan dilakukan penanaman ulang atau bagaimana nanti kita lihat.
Sementara itu, Daniel Pelasulla, Peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) saat dikonformasi melalui telepon, Rabu 8 Maret 2023 menyampaikan, dari hasil penelusuran BRIN menyatakan bahwa akibat dari matinya tanaman Mangrove di lokasi itu adalah akibat kebocoran pipa minyak milik PLTD Poka.
“Kabocoran pipa minyak PLN itu menjadi salah satu penyebab matinya Mangrove, lebih jelasnya silahkan tanya PLN saja mereka tahu kok kejadiannya seperti apa dan benar tidaknya itu tanyakan saja langsung ke PLN,” ungkap Dani.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku, Roy Siauta saat diminta konfirmasi terkait fakta video kebocoran pipa minyak PLN, Senin 13 Maret 2023 menyampaikan, saat ini tidak ada lagi pembahasan tentang penyebab siapa yang salah dalam kasus ini.
“Kita tidak perlu lagi membahas siapa yang salah, siapa yang mengakibatkan terjadinya kebocoran minyak dan lainnya. Saat ini kita fokus untuk mencari bagaimana solusi penanganan persoalan ini, apakah lingkungan itu mau direhabilitasi atau di alihfungsikan itu nanti kita bicarakan lebih lanjut,” kata Kadis.
Sementara itu, Manager Komunikasi PT.Persero PLN Wilayah Maluku, Saiful Ali saat dikonfirmasi wartawan, 10 Maret 2023 menanggapi video warga menyampaikan, saat ini segala proses bersama pemerintah dan pihak terkait untuk mengatasi persoalan yang terjadi sudah sampai pada tahap mencari solusi, kenapa mesti balik lagi ke awal penyebab, ini sama saja mencari-cari kesalahan.
“Sekarang ini PLN bersama pemerintah dan pihak terkait lainnya tengah mencari solusi penanganan, kok ini kembali lagi ke awal sepertinya mencari-cari kesalahan. Lalu kenapa video warga yang sejak bulan september dan oktober tahun lalu itu baru diungkap sekarang,” kata Saiful.
Dirinya mengatakan, terkait dengan limbah pekerjaan di dalam PLTD, ada tempat penampungan sisa limbah hasil pekerjaan di dalam itu dokelola oleh perusahaan pihak ketiga.
“Soal limbah sisa pekerjaan di dalam PLTD itu ada penampungannya, dan yang mengurus itu adalah perusahaan pihak ketiga, nah saya sendiri tidak tahu limbah-limbah itu oleh perusahan pihak ketiga dibuang kemana itu tidak tahu,” kata Saiful.
Sementara itu, Dr. Ruslan H.S Tawari, M.Si (Ketua Harian IKAPATTI) saat dikonfirmasi Sabtu 18 Maret 2023 via telephone seluler menyampaikan, saat ini bersama pemerintah dan stakeholder lainnya tengah mencari slusi penanganan persoalan ini. Kalau terkait dengan video warga tentang tumpahan minyak PLN itu bukan kewenangan kita untuk menilai. Karena yang pasti bahwa saat ini daerah tersebut khususnya lokasi tumbuhnya Mangrove itu sudah tercemar dan beberapa senti meter ke dalam tanah itu terdapat kandungan minyak sesuai hasil penerlitian Ikapatti. Deangn kondisi ini maka tidak mungkin untuk kita melakukan penanaman kembali saat ini karena akan percuma.
Kalau boleh salah sarankan daerah atau kawasan tersebut di alih fungsikan saja, tapi itu tergantung pembicaraan bersama. Karena sampai sekarang juga upaya membicarakan solusi juga masih ngambang, pembicaraanyya hanya masih bersifat bola liar tanpa ada kejelsan,” jelas Tawari.