Ambontoday.com – Apakah pernah terjadi padamu untuk bertemu dengan seseorang lalu berpikir, “Wajah ini aku kenal, tetapi nama dia apa ya?” Apabila Anda kerap menghadapi situasi tersebut atau mengetahui orang yang mirip demikian, sebenarnya Anda tidak berada dalam keadaan sendiri.
ternyata di bidang psikologi, individu dengan bakat istimewa dalam mengenali muka namun kerap melupakan nama, cenderung mempunyai tipe kepribadian khas yang patut dipelajari lebih jauh.
Hal ini pun menggambarkan cara kerja otak manusia dalam menangani informasi visul dan lisan dengan cara yang berlainan.
Nama merupakan lambang abstrak, sementara wajah adalah stimulan visual yang rumit dan beremisi, serta tak semua otak menempatkan keduanya dalam prioritas yang serupa.
Berdasarkan artikel di Geediting pada hari Sabtu (26/4), ada 8 karakteristik kepribadian umum yang dimiliki oleh individu yang hafal betul dengan muka seseorang namun kerap kali melupakan nama mereka, sesuai penjelasan ilmu psikologi berikut ini:
1. Tipe Visual Dominan
Seseorang yang cepat mengenali muka umumnya mempunyai preferensi pembelajaran serta pola pikiran yang didominasi oleh unsur visual.
Mereka lebih peka terhadap bentuk, ekspresi, dan detail visual lainnya.
Di bidang pendidikan, mereka cenderung lebih cepat mengambil informasi melalui visual seperti gambar, warna, ataupun diagram pikiran daripada hanya teks atau kalimat saja.
Berdasarkan teori Multiple Intelligences karya Howard Gardner, individu dengan kecerdasan visual-spasial menunjukkan bakat istimewa dalam memahami pola, warna, serta relasi visual.
Tidak mengherankan, wajah lebih mudah tertinggal di memorinya daripada nama-nama.
2. Empati Tinggi dan Sensitif terhadap Perasaan
Muka manusia merupakan sumber utama untuk mengekspresikan perasaan.
Orang yang bisa mengenal dan menghafalkan wajah dengan cepat biasanya lebih sensitif terhadap perasaan serta tampilan orang lain.
Mereka dapat menanggapi perubahan ekspresi wajah secara cepat dan memahami emosi seseorang melalui pandangan mata ataupun senyum.
Mereka umumnya jadi pendengar yang baik, sensitif terhadap atmosfer sekitar, dan kerapkali diandalkan sebagai tempat berbagi keluh kesah.
3. Instingtif dan Bergantung pada Emosi
Orang tersebut biasanya menggunakan perasaannya dalam menjalin hubungan sosial. Mereka lebih dulu ‘menyentuh’ emosi oranglain sebelum mereka memikirkan informasi spesifik seperti nama atau riwayat hidupnya.
Ini menjadikan mereka sangat tergantung pada pendapat awal yang mereka peroleh dari ekspresi wajah atau gerakan tubuh orang lain.
Mungkin nama dapat diubah atau terdengar aneh, namun aura serta ekspresi wajah sangat sulit untuk disepelekan oleh orang yang memiliki intuisi tajam.
4. Kurang Memperhatikan Informasi Lisan
Nama merupakan data lisan yang bersifat sewenang-wenang (tidak teratur dan tak berarti secara visual).
Seseorang yang kerap melupakan nama biasanya kurang perhatian ketika informasi tersebut disampaikan—atau mungkin juga mereka meremehkan kepentingan dari informasi tersebut.
Mereka cenderung mengutamakan dampak emosional atau visual dari pertemuan tersebut.
Ini tidak berarti bahwa mereka lupa, tetapi otak mereka memilih untuk menyimpan informasi yang dianggap lebih penting—dalam kasus ini, yaitu wajah.
5. Aktif dalam Kegiatan Sosial
Interaksi sosial yang banyak membuat orang cenderung lebih bergantung pada penglihatan daripada menghafal nama-nama.
Saat mengenal begitu banyak orang dalam keseharian, nama mereka kadang-kadang dapat membingungkan satu sama lain. Namun, wajah? Sulit untuk disamarkan.
Di bidang psikologi, hal ini dikenal sebagai face familiarity — yaitu perasaan familiar dengan suatu wajah meskipun informasi lisan tentangnya sudah hilang.
6. Sensitif Terhadap Detail
Kemampuan mengingat wajah mencerminkan kecermatan terhadap detail.
Mereka mampu membedakan ekspresi mikro (microexpressions), garis wajah, bahkan perubahan kecil dalam penampilan. Orang-orang semacam itu sesuai untuk bekerja dalam bidang yang mengharuskan analisis mendalam: seperti seniman, perancang, terapis, bahkan detektif.
7. Kesulitan Menyambungkan Informasi yang Sembarang
Pria itu merasakan ketidakmampuan untuk mempertahankan informasi yang tak berkontekst atau kurang terkait erat. Nama menjadi informasi yang “tidak berarti” apabila tanpa disertai dengan konteks. Sebaliknya, wajah menyertakan berbagai kaitan seperti atmosfer dalam sebuah perjumpaan, emosi yang timbul, ataupun gerak-geri badan.
Di bidang kognitif, hal tersebut disebut sebagai kegagalan pengkodean semantik — ketidakmampuan untuk menyambungkan data lisan ke dalam ingatan jangka panjang.
8. Cenderung ke Pribadi Introvert atau Ambivert
Walaupun kerap tampak sociable, sebenarnya banyak di antara mereka yang lebih condong ke arah introvert atau ambivert.
Mereka merasa lebih mudah mengingat aspek-aspect pribadi seperti wajah, ekspresi, atau situasi-situasi berkesan dibandingkan dengan data lisan yang seringkali dipakai dalam dialog resmi.
Mereka menyimpan koneksi berdasarkan “rasa” daripada struktur sosial, seperti nama, gelar, atau jabatan.
Penutup: Bukan Pelupa, Tapi Punya Pola Ingatan yang Berbeda
Tidak mengingat nama seseorang bukan berarti orang tersebut lalai atau acuh.
Justru, mungkin mereka akan lebih ingat pada hal-hal yang berbau emosi dan visual, biasanya ini jenis informasi yang memiliki arti besar dalam interaksi antar manusia.
Apabila Anda termasuk orang yang sering mengenali wajah tetapi kesulitan dengan nama-nama, jangan risau. Hal tersebut bukanlah kelemahan—itu merupakan cara kerja khas otak Anda sendiri.
Dan siapa tahu, dengan memahami pola ini, Anda dapat mulai berlatih untuk menghubungkan antara wajah dan nama dengan cara yang lebih baik.