JAKARTA – Dimulai pada tanggal 2 Juni mendatang, Morgan Stanley Capital International (MSCI) akan menambahkan saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), yang juga dikenal sebagai Mitratel, serta PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) ke dalam daftar indeks MSCI Indonesia Small Cap Investment Analyst
Edvisor Provina Visindo, Indy Naila menyatakan bahwa penambahan dua saham tersebut dalam indeks MSCI bisa memacu ketertarikan para investor. Terkait MTEL, menurutnya perusahaan ini tetap berpotensi positif karena melihat permintaan konstan terhadap fasilitas menara dari kalangan operator telekomunikasi yang sedang merencanakan pengembangan usaha mereka.
Investment Analys Infovesta Kapital Advisory Ekky Topan menyebutkan tambahan bahwa para investor yang berminat untuk membeli saham MTEL serta MBMA harus terus memantau kondisi dasar dari setiap perusahaan tersebut.
“Di samping itu, perlu juga mengawasi situasi pasar internasional dan volatilitas harga barang yang bisa memberi dampak langsung pada performa kedua hal tersebut,” katanya baru-baru ini.
Namun, terdapat pandangan tambahan dari MTEL yaitu rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), penyerapan laba bagi pemegang saham, serta pencantuman yang berlaku untuk perhitungan indeks MSCI.
Menurut pernyataan resmi MTEL, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) akan dilangsungkan tanggal 28 Mei 2025. Salah satu agenda yang paling ditunggu-tunggu adalah tentang pembagian dividen. Sejauh ini, Mitratel telah konsisten dalam memberikan dividen sejak sahamnya go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2021. Tingkat rasio dividen MTEL cukup tinggi dan bahkan melebihi angka 70% dari total keuntungan bersih mereka.
Dividen yang diterima oleh MTEL untuk masa buku tahun 2021 hingga 2023 bernilai total Rp 1,51 triliun atau setara denganRp 18,2 per lembar saham. Angka ini menggambarkan payout ratio Sebesar 75% dari total laba sekitar Rp 2,01 triliun telah dicapai.
Mitratel juga telah mengumumkan pembagian dividen sebesar 99% dari keuntungan bersih pada tahun 2022 yang bernilai total Rp 1,78 triliun. Pembayaran ini terdiri dari dividen tunai sebanyak 70%, yaitu Rp 1,24 triliun serta dividen khusus berjumlah 29% atau setara dengan Rp 517,66 miliar. Akibatnya, jumlah keseluruhan dividen per lembar saham menjadi Rp 21,38.
Demikian pula, dividen MTEL untuk tahun buku 2021 tercatat sebesar Rp 966,7 miliar atau setara denganRp 11,57 per lembar saham. Persentase rasio dividen tersebut menunjukkan 70% dari laba bersih mereka pada periode tersebut, yakni senilai Rp 1,38 triliun.
Dengan keuntungan bersih pada tahun 2024 yang tercatat sebesar Rp 2,10 triliun serta diasumsikan tingkat pembagian dividen akan tetap di angka 70%, jumlah dividennya dapat menembus hingga Rp 1,47 triliun atau setara denganRp 18,2 per lembar saham. Angka ini menggambarkan refleksi dari kinerjausahaan tersebut yield Dividen melebihi 2,8% berdasarkan harga penutupan saham MTEL sebesar Rp 650 per saham.
Ketika membahas tentang MSCI, Analis Pasar Modal Hendra Wardana menyampaikan bahwa setelah masuk dalam indeks MSCI, hal itu diharapkannya tidak saja dapat meningkatkan visibilitasnya secara internasional, namun juga bisa memicu penilaian ulang atas nilai keduanya karena adanya harapan untuk percepatan pertumbuhan performa serta aliran modal asing yang stabil menuju kedua perusahaan tersebut.
“Inclusion MTEL dan MBMA masuk dalam indeks MSCI merupakan pemicu positif yang menguatkan tren teknikal jangka pendek serta mendukung validasi fundamental untuk periode menengah. Kedua saham ini pantas dipertimbangkan untuk ditambahkan ke portofolio Anda dengan perspektif optimistis tentang sektor infrastruktur digital dan pengolahan mineral penting di Indonesia,” ungkap Hendra melalui pernyataan tertulisnya pada hari Senin (26/5).
Pada saat yang sama, Indy menyarankan untuk membeli MTEL dengan tujuan harga hingga mencapai Rp 690 per saham.